Sudirman Beri Tausiyah: 3 Fase Yang Dilalui Selama Bulan Ramadhan

DSC07909

Palembang_Humas. Kegiatan ibadah sholat zuhur berjamaah pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Selatan selama bulan Ramadhan sudah diterapkan sejak hari pertama memasuki bulan suci Ramadhan. Usai sholat Zuhur berjamah, para pegawai mendengarkan tausiyah.

Tempat sholat Zuhur pun disiapkan secara khusus di Aula. Sebelum bulan Ramadhan, biasanya pegawai menunaikan ibadah sholat berjamaah di Mushola kantor. Namun semenjak bulan Ramadhan, tempat sholat dialihkan ke Aula yang memang tempatnya lebih luas dan mampu menampung para jemaah dengan jumlah yang lebih banyak.

Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian HukumHdan HAM Sumatera Selatan, Sudirman D. Hury. Ia menghimbau seluruh jajarannya untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bulan yang penuh rahmat, berkah dan kemulian ini untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pimpinan tertinggi Kanwil Kemenkumham Sumsel tersebut turut serta bersama pejabat dan pegawai lainnya dalam menunaikan ibadah sholat Zuhur berjamaah. Imam sholat dan penceramah dilakukan secara bergilir oleh Pimpinan Tinggi Pratama di Kantor Wilayah. Dengan sesekali mengundang Ustadz dari luar untuk menjadi imam maupun penceramah usai pelaksanaan ibadah sholat.

DSC07898

Seperti halnya siang ini, Kamis (9/5) jajaran Kanwil Kemenkumham Sumsel, baik Pimpinan Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, JFT dan JFU berkumpul di Aula melaksanakan sholat Zuhur berjamaah yang diimami oleh Sudirman. Usai melaksanakan sholat berjamaah, para pegawai mendengarkan tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Sudirman.

"Memasuki bulan suci Ramadhan, kita harus banyak bersyukur. Jika kita menghitung seberapa banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Sudah sepatutnya kita mensyukuri nikmat-Nya tersebut. Bersyukur masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan.  Bersyukur akan nikmat sehat sehingga dapat menunaikan ibadah pada bulan Ramadhan yang sangat mulia ini. Orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah SWT, niscaya akan mendapatkan lebih banyak nikmat lainnya. Namun Kalau tidak pandai mensyukurinya, niscaya akan mendapatkan azab yang pedih,” tutur Sudirman mengawali tausiyahnya.

Kewajiban kita sebagai umat muslim yaitu melaksanakan sholat 5 (lima) waktu, kemudian juga berpuasa pada bulan Ramadhan. Pada tausiyah tersebut Sudirman menyampaikan tentang hikmah dan keutamaan berpuasa selama bulan Ramadhan. Ia menerangkan selama 30 hari puasa di bulan Ramadhan, ada 3 (tiga) fase yang dilalui yang dibagi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua, dan 10 hari ketiga. Setiap fase tersebut mempunyai banyak keutamaannya.

Dijelaskan olehnya tentang keutamaan 10 hari pertama puasa di bulan Ramadhan. Pada fase ini akan menjadi hari yang paling sulit dan memiliki banyak keutamaan lantaran dibutuhkan adaptasi dan penyesuaian diri yang baik. Fase 10 hari pertama Ramadhan memang merupakan fase terberat dan tersulit, karena merupakan fase peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari subuh hingga magrib.

10 hari pertama adalah fase rahmat. Ini fase yang berat. Menghadapi fase perubahan kebiasaan diri. Ini  sebagai ujian terberat dalam mencapai suatu ketaqwaan, namun paling banyak mendapatkan pahala.  Pada fase ini dibukakan pintu rahmat yang seluas-luasnya. Jadi kita harus berlomba-lomba berbuat kebaikan.  Dalam suatu firman Allah pada QS. Al-zalzalah ayat 7 dan 8 disebutkan "fa may ya'mal miṡqāla żarratin khairay yarah. wa may ya'mal miṡqāla żarratin syarray yarah". Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Mudah-mudahan kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang berlomba-lomba dalam  berbuat kebaikan,” imbuhnya.

Ada keutamaan yang berlimpah diberikan oleh Allah SWT pada 10 hari pertama bulan Ramadhan. "Seperti diketahui, tidak hanya tubuh saja yang melakukan adaptasi, pada fase 10 hari pertama Ramadhan 1440 H ini, banyak persoalan yang harus dihadapi dengan proses beradaptasi atau penyesuaian. Siapa yang mampu melewati ini? hanya orang yang benar-benar sabar dan niat beribadahlah yang mampu melewatinya", jelas Sudirman.

10 (sepuluh) hari kedua adalah fase maghfiroh (ampunan). Nabi Muhammad SAW menyampaikan, di 10 hari kedua Ramadhan supaya kita mengejar ampunan dari Allah SWT. Maghfiroh itu diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah. Maka, sungguh merugi kepada mereka yang hingga memasuki sisa waktu terakhir di 10 hari kedua Ramadhan tidak memiliki keinginan kuat menyambut tawaran ampunan Allah. Di dalam Surah Ali `Imran: 133 dijelaskan, "dan bersegeralah kamu menuju ampunan (maghfiroh) Tuhanmu."

10 (sepuluh) hari akhir Ramadhan sebagai fase pembebasan dari api neraka. Sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Salman Al Farisi: “Adalah bulan Ramadhan, awalnya rahmat, pertengahannya maghfiroh dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” Sepuluh terakhir ini merupakan penutupan bulan Ramadhan, sedangkan amal perbuatan itu tergantung pada penutupannya atau akhirnya. Sepuluh akhir Ramadhan merupakan pamungkas bulan ini, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadhan dengan kebaikan, yaitu dengan mencurahkan daya dan upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadhan ini.  Dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan di duga turunnya lailatul qadar, karena lailatul qadar bisa juga turun pada bulan Ramadhan secara keseluruhan. Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan di dalamnya Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Al-Qur’an dan hadits sahih menunjukkan bahwa lailatul qadar itu turun di bulan Ramadhan. Dan boleh jadi di sepanjang bulan Ramadhan semua, lebih lagi di sepuluh terakhir Ramadhan.

“Puasa tidak hanya menahan diri dari hawa nafsu. Namun juga menahan pikiran, hati dan panca indra dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. mendengar, membaca, dan mengamalkan Al-Quran tentu akan menjadi syafaat. Bulan puasa adalah ladang untuk menanam dan memanen kebaikan,” tutup Sudirman mengakhiri tausiyahnya. (Rilis/Editor : Hasan/Kasubag HRBTI, Dedy Zulian)

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

DSC07898

 

Cetak